Pendekatan analogi adalah cara yang memberikan
pandangan atau cara menyampaikan pesan supaya suatu konsep atau definisi menjadi
lebih mudah atau lebih sederhana untuk diterima akal. Model pembelajaran
analagi ternyata cukup ampuh menyentuk akal dan perasaan murid.
Mengadopsi dari buku “Gurunya Manusia” karya Bapak
Munif Chotib, saya mencoba menerapkan model pembelajaran analogi ini di kelas
6B. Sebetulnya berharap bisa ke semua kelas. Namun kesempatan untuk
menyatukan 3 kelas 6 menjadi satu,
sepertinya agak sulit. Jadilah saya menerapkan model pembelajaran analogi ini,
sementara ini, masih di kelas 6B. Kebetulan bertepatan jam terakhir cukup
panjang di hari Rabu, tanggal 18 Juli 2023.
Target saya ingin menggugah rasa mandiri, keberanian, kerjasama sekaligus kepedulian terhadap sesama teman, menjadi rasa yang tumbuh kuat di hati murid-murid saya khususnya di kelas 6. Saya pilih model pembelajaran analogi dengan harapan perasaan itu muncul dari renungan dan kesimpulan, yang lahir dari anak-anak sendiri.
Setelah cukup melakuakn apersepsi, dengan sedikit
game ringan. Saya mengeluarkan gambar-gambar apel berbagai warna, yang telah
saya siapkan sebelumnya. “Sayang, Bu Diyah punya banyak apel dengan berbagai
warna. Ada apel warna hitam, hijau,
orange dan biru. Namun yang paling special dari semua ini adalah Apel emas”.
Anak-anak seketika takjub mendengar penjelasan saya. Rasa penasaran mereka
semakin muncul. “Silahkan kalian nanti berburu apel sebanyak mungkin, ingat
jangan merampas apel yang sudah di pegang temannya,” Saya mewanti-wanti mereka
agar tidak saling dorong, apalgi saling memaksa.
Saya minta dua orang anak, 1 laki-laki dan 1
perempuan. Untuk serentak bersama saya
menyebar apel. Merekapun berebut apel dengan gembira. Berbagai ekpresi wajahpun
mulai terbaca. Mulai dari yang melonjak-lonjak mendapat banyak apel. Yang diam
mematung, kecewa karena gagal mendapat apel. Sebut saja, Si Shelly, wajahnya
nampak sumringah. Teman-temannya berteriak ,” Shelly dapat apel emas Bu Diyah!”
Saya tersenyum memandang ekpresi Shelly. Dia memang nampak Cool, hanya wajah
dan senyum merekahnya menjadi bukti betapa bahagianya dia. Apel emaspun di
pamerkan. “Ini Bu Diyah!” kata Shelly lembut.
Saya ajak anak-anak untuk berkumpul di taman. Semuanya menggenggam erat apel mereka masing-masing. Seorang anak, saya dengar bergumam, “ Aku gak suka apel warna hitam, mana ada apel warna hitam, jelek banget!” Saya tersenyum tipis mendengar keluhannya. Temannya menjawab, aku malah dapat warna orange, tomat nkali!” keluhnya lesu.
“Anak-anakku
sayang, bukankah kita diajarkan untuk berbagi. Masih ingat materi infaq dan
sedekah yang kalian pelajari. Silahkan kalian nego dengan teman-teman kalian. Bu Diyah tidak memaksa kalian untuk
berbagi , terserah saja. Bagi yang tidak punya ayo lakukan sesuatui, luluhkan
hati temanmu hingga bersedia berbagi. Ingat tidak boleh jual beli, tidak boleh nego-nya
pakai uang,” Aku tekankan
laranganku agar di dengat dengan baik.
Suasana
menjadi riuh, aku biarkan selama hampir 10 menit mereka saling merayu. Sekilas
aku melihat Shelly nampak kebingungan, ditabraki
kanan kiri. “ Ayo Shell, nanti tak belikan kue deh selama seminggu, Shell
nanti kalau ada tugas tak bantu deh!
Shell, sepuluh robu deh buat apel emasnya.” Waduh..waduh ternyata mereka semua
jago negosiasi. Saya terkekeh menyaksikan kegigihan mereka untuk mendapatkan
apel emas.
Sepuluh menit berlalu, saya ajak mereka duduk di tangga. “Semua sudah dapat apel?” Ada satu anak yang angkat tangan yang angkat. “Lho , Aron, kenapa tidak dapat apel?” tanyaku heran, sebab aku lihat sendiri. Tadi dia mendapat 2 apel warna merah dan kuning. “Aku berikan kepada dia semua Bu Diyah,” jawab Aron seraya menunjuk teman disebelahnya. Aku mengacungkan jempolku.
“Oke..kita
hitung sekarang point tiap-tiap apel. Apel hitam 20 point, Apel hijau 10 point,
apel biru 10 point, apel merah 5 point. “Hah!” anak-anal berteriak serentak. Beberapa
anak-anak menyesal membuang apel hitam, bahkan menahan apel merah.Mereka sibuk
menughitung point yang mereka punya.
Nah..ini yang penting. Saya bersuara lebih keras ,
tegas dan penuh penekanan. “Yang memberikan apel kepada temannya, semua warna
mendapat 500 point!” Yeeeh, sorak sorai
seketika terlontar dari bebapa naka, sking senengnya mereka sampai menari-nari
gembira. “ Yang memberi apel emas mendapat point 1000!” suara saya semakin
keras. “Haaaaah!”Beberapa pasang mata menatap saya, seolah tidak percaya.
Shelly berdiri, wajahnya sumringan dan tertawa bahagia, bahkan nampak berkaca-kaca.
Kamipun lanjut diskusi dengan penuh damai. Maka anak-anakpun menyimpullkan menurut versi mereka masing-masing.
“Ah…kita
tertipu dengan warna!”
“
Ternyata berbagi itu malah mendapat point.”
“Jangan
mudah terperdaya dengan tampilan deh!”
Sementara saya terkekeh BAHAGIA. YES ANAKKU SAYANG! Kesimpulan kalian tepat semua! Bagaimana menurut anda?