Seorang ibu muda, menyapa saya
ketika baru turun dari masjid. Saya genggam erat tangannya dengan kedua tangan
saya. Kami mengobrol ringan. Dalam satu obrolan beliau tiba-tiba bertanya.
“Mengapa kalau saya tanya anak saya
sepulang sekolah, tadi belajar apa nak?
Anak saya selalu cuek , jawabannya selalu ‘ya gitu itu ma’ saya jadi jengkel Bu
Diyah. Kadang malah jawab gak tahu, lalu pergi ninggalin saya.”
Saya tersenyum, mendengar keluhan
beliau, apalagi saya tahu putra beliau laki-laki.
Obrolan
yang niatnya singkat menjadi agak lama. Saya mencoba menjelaskan bahwa, ketika
anak pulang sekolah, percayalah otak anak dalam kondisi mengecil atau downshifting. Jadi saat pulang, orang
tua sebisa mungkin melakukan refresh. Anak harus di gembirakan dulu. Biarkan
dia mandi, sapa dengan sesuatu yang menyenangkan. Tunjukan empati kita. “Lelah
ya nak!, mandi gih, biar segar. “ atau kalimat penyegar yang lain. Rasanya kok
gak adil kita malah menekan anak setelah dia sibuk berpikir dari pagi hingga
sore. Beberapa anak, biasa nya perempuan, kadang tanpa diminta, langsung
bercerita, seperti kereta api, panjang banget. Tapi itulah tiap anak memang
spesial dan unik bukan.
Masih
terbayang ekspresi ibu muda tersebut, mata beliau berkaca-kaca selepas obrolan
di jalan, sambil berdiri pula. Moment itu saya ingat dengan baik. Dan hari ini
saya menyambut para orang tua yang mulia, menghadiri undangan madrasah dalam
rangka silaturahmi menyatukan visi dan misi membersamai putra putri tercinta
setahun ke depan. Pengalaman ini membuat saya yakin bahwa sinergi orang tua,
guru dan madrasah unsur mutlak keberhasilan pendidikan anak.
Meskipun
hari Sabtu, tepatnya tanggal 22 juli 2023, adalah hari libur. Namun antusias
orang tua untuk menghadiri undangan madrasah cukup luar biasa. Kelas 1 dan 4, spesial mendapat arahan dari
bapak pengawas madrasah Kecamatan Klojen, khusus tentang kurikulum merdeka,
yang diterapkan tahun ajaran 2023-2024. Kelas 6, bersatu di masjid lantai
bawah. Kelas 6A, 6B dan 6C. Sementara
kelas 2, 3, dan 5 di kelas masing-masing. Madrasah memang tidak bisa melangkah
sendiri, suport orang tua menjadi niscaya. Karena itu pembentukan paguyuban
orang tua siswa (POS ) menjadi penting.
Madrasah
mengajak para orang tua murid, “Yuk, menjadi sahabat Guru dan Madrasah!” Sahabat sejati malah. Kerjasama antara orang
tua dan guru, sangat diperlukan. Komunikasi yang insensif dengan dilandasi kepercayaan yang tinggi.
Hubungan saling menghormati dan berbaik sangka, bahwa segala kebaikan yang
dilakukan semata untuk kebaikan anak-anak didik. Bekerjasama dengan santun,
dengan mementingkan proses daripada hasil.
Alhamdulillah,
ketua POS dan pengurus terbntuk pada hari itu. Besar harapan madarasah bahwa
tahun ajaran 2023-2024 menjadi lebih baik daripada tahun sebelumnya. Pasti kita
semua sepakat, bahwa mendidik memang ibadah seumur hidup. Cita-cita orang tua
dan guru sama. Mendidik anak menjadi Salih Saliha. Maka, mari menjadi Sahabat
Sejati !
(azdin)