Tanah Haram (Al Wadi) dan Merpati

Tanah Haram (Al Wadi) dan Merpati
Selasa, 18 Februari 2025    Berita

Jika kita melakukan perjalanan ke Mekah, maka sepanjang jalan yang  kita lihat hanyalah gunung batu dan tanah gersang. Sepanjang mata memandang panas menguap dari hamparan tanah kering dan bebatuan cadas.” Kalaulah tidak karena doa Nabi Ibrahim Alaihissalam, adanya Kabah dan air zam-zam, tidak ada kehidupan di Mekah”, gumam penulis, sambil terus menikmati pemandangan.

Kota dengan banyak lembah ( Al Wadi)


Mekah, benar-benar tandus, tidak dapat ditanami dan tidak ada sumber air. Kecuali air zam-zam tentunya. Keberadaan air zam-zam bahkan merupakan keajaiban. Selebihnya adalah tebing dan tanah gersang. Karena itulah salah satu julukan Kota Mekah adalah Al Wadi dalam Bahasa Indonesia artinya lembah.

Pertanyaannya adalah mengapa Mekah memiliki daya tarik yang begitu hebat. Hingga jutaan penziarah datang dari berbagai penjuru dunia. Bahkan siapapun yang pulang dari Mekah, selalu berharap dengan seluruh hidup dan jiwa mereka, untuk bisa hadir lagi dan lagi.


Firman Allah dalam Al Quran surah Ibrahim ayat 37 yang artinya:

Ya Tuhan kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman di dekat rumah engkau Baitullah yang dihormati, ya Tuhan kami yang demikian itu agar mereka mendirikan shalat maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah rezeki mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”

Pembaca yang budiman, ayat ini seperti menjawab rasa penasaran penulis. Mari kitta renungkan. Mekah adalah lembah yang tidak mempunyai tanaman, namun ada rumah Allah (Baitullah/Kabah) yang dihormati seluruh makhluk dimuka bumi ini. Kabah yang menjadi kiblat saat kita sholat. Maka saat kita di Mekah kekuatan dan daya tarik sholat menjadi sangat luar biasa. Tidak satupun manusia yang di kisaran Masjidil Haram, tidak sujud saat waktu sholat. Hingga jalanan dan halaman hotel, seluruh tempat, seolah selalu suci dan menjadi tempat sujud.  Doa Rasul Allah Ibrahim Alaihissalam, bahwa agar manusia mendirikan sholat dan hati manusia yang selalu cenderung kepada Kabah, adalah nyata adanya. Tidak ada kesombongan dan kepongahan, siapapun status kita. Namun saat di Mekah kita hanya HAMBA ALLAH.


Bagaimana Kota Mekah yang tanahnya tandus dan gersang, namun Nabi Ibrahim Alaihissalam memohon untuk berlimpahan rezeki dan berlimpahan buah-buahan ? Namun faktanya memang demikian. Buah-buahan sungguh berlimpah di Mekah. Setiap orang berlomba untuk sedeqah dan berbagi, membuktikan tingkat tingginya kesejahteraan di mekah. Dan semua itu terjadi 24 jam tanpa jeda, tanpa henti, tanpa sepi.

Demi Allah, doa Nabi Ibrahim Alaihissalam KABUL dan TERBUKTI. Maka bagaimana hati ini bisa mengingkari keagungan Allah. Maka sujud dan tumpahnya derasnya  air mata para penziarah, menjadi rasa syukur yang sangat dalam. Bahkan burung merpati dan kucing-kucing liar, seolah hidup di surga. 



Oh Ya! Mari kita sedikit ulas tentang keberadaan burung merpati di sekitar Masjidil Haram. Merpati adalah penanda yang menambah keunikan kedua masjid suci ini. Ribuan merpati mencari makan di pelataran dan terbang di sekitar masjid. Mereka menyaksikan jutaan jamaah beribadah. Merpati adalah burung kosmopolitan yang bisa hidup di berbagai habitat.

 

Di berbagai negara, merpati merupakan simbol cinta, persahabatan, dan kesetiaan. Banyak negara melarang perburuan merpati sebagai bentuk penghargaan. Di Arab Saudi, larangan ini meluas hingga ke luar zona haram. Penulis mencoba mengamati, selama 4 hari di Mekah. Tak setetespun kotoran merpati, penulis jumpai di Masjidil Haram. Bahkan penulis tidak melihat burung-burung merpati itu melintas di atas masjid. 



Apakah karena begitu hebatnya penjagaan kebersihan di Masjidil haram ini. Para petugas yang sigap selalu membersihkan kotoran apapun yang ada di Masjidil Haram. Hingga tidak ada kotoran burung merpati sama sekali. Padahal jumlah burung itu bahkan tak terhitung.

Ataukah sang burung yang memang mempunyai rasa hormat kepada Masijid Haram ini, hingga enggan menumpahkan kotorannya di Masjidil Haram. Wallahu’alam bi showwab. Allah Maha Besar. 

Penulis : Ibu Mardijah, S.Ag